askudra sakta

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Sungai Ciliwung. Sebuah Solusi



Kita, terutama warga Jakarta telah mengetahui bahwa pada dekade ini keadaan sungai ciliwung sangat'mengenaskan'. Air sungai yang seharusnya jernih, telah terkotori oleh tangan-tangan manusia sehingga berwarna hitam dan terdapat banyak sampah disana-sini. Setiap tahunnya sungai ciliwung meluapkan beribu-ribu kubik air kepada masyarakat Jakarta. Keadaan ini diperparah dengan pembangunan rumah-rumah kumuh di sekitar bantaran kali yang makin memperburuk keadaan.
Tak hanya itu, sebagian masyarakat Jakarta kurang peduli terhadap lingkungan. Mereka membuang sampah sembarangan, buang air besar seenaknya dikali yang tentunya akan membuat kesan bahwa Jakarta, sebagai ibukota sebuah negara yang telah merdeka selama 63 menjelang 64 tahun ini adalah kota paling jorok, paling kotor, dan sebagainya.
Nah, oleh karena itu, kita harus menghilangkan paradigma itu, bahwa Jakarta adalah kota paling kumuh, paling kotor, paling jorok. Lalu siapakah yang harus disalahkan? Disini kita tidak akan menyalahkan siapapun dan pihak manapun. Ini adalah kesalahan kita, kesalahan warga Indonesia yang membiarkan atau bahkan melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab itu. Maka dari itu kita harus memberikan solusi alternatif yang dapat mengubah citra dan paradigma masyarakat diatas. Kita dapat memulainya dari kebersihan Sungai Ciliwung.
Tahukah Anda bahwa Indonesia, disini PSSI, telah mengajukan lamaran untuk menjadi tuan rumah piala dunia pada tahun 2018 atau 2022 pada pertengahan januari lalu?(solopos,kamis 29/01/09). Lalu, jika lamaran itu diterima oleh FIFA, dan kita menjadi tuan rumah piala dunia pada 2018 atau 2022, apakah kita tidak malu jika Christian Ronaldo atau Alesandro Pato mengunjungi Indonesia lalu melihat pemandangan spektakuler dari sungai Ciliwung itu?
Sebagai warga yang tahu diri kita tentu malu. Oleh karena itu, pembersihan dan perapihan sungai Ciliwung khususnya perlu dilakukan dalam waktu singkat, antara 10-14 tahun dari sekarang. Sanggupkah kita?
Oleh karena itu, kita harus segera memberikan solusi yang paling tepat untuk kemudian direalisasikan dalam bentuk yang nyata untuk kepentingan masyarakat Jakarta khususnya, dan untuk masyarakat Indonesia umumnya. Solusi akan kita dapatkan setelah kita membaca, mencermati, dan memahami firman Allah SWT yang menjelaskan tentang kerusakan lingkungan yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad 14 abad silam:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari(akibat)perbuatan mereka, agar mereka kembali ke(jalan yang benar). Katakanlah, adakanlah perjalanan dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah.(QS 30:41-42).
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut(tidak diterima) dan harapan(dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS 7:56).
Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmatnya(hujan), hingga apabila angin itu telah membawa angin mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan ke daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan, seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati. Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran(kami) bagi orang-orang yang bersyukur.(QS 7:57-58).
Dari ayat-ayat diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kerusakan di muka bumi ini disebabkan oleh perbuatan manusia, perbuatan kita. Maka solusi awal adalah mengingatkan kepada manusia,pada diri kita sendiri untuk turut menjaga kelestarian lingkungan. Kita juga dapat mengingatkan orang-orang yang telah berbuat lalai, seperti: Pejabat yang membangun vila-vila di Puncak yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan sehingga air tidak dapat meresap dan terus mengalir hingga bermuara ke laut yang melewati Jakarta. Kita juga dapat membuat sebuah proposal kepada pemerintah untuk membangun tempat pembuangan akhir(TPA), sehingga sampah dapat terbuang pada tempatnya. Kita dapat pula mengadukan kepada pihak pemerintah supaya membangung rusun/apartemen murah sehingga warga penghuni bantaran kali dapat berpindah dan wilayah bekas rumah kumuh tersebut dapat dimanfaatkan.
Kitapun harus menyadari bahwa bencana alam yang terjadi adalah akibat dari perbuatan kita sendiri. OLeh karena itu kita harus kembali kepadaNya dan tidak mengulangi perbuatan kita yang telah lalu. Kita diperingatkan untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi dan kita diperingatkan untuk berdoa dan berharap kepadaNya. Kita harus mensyukuri bahwa hujan yang telah diturunkan ke muka bumi adalah rahmat dariNya yang akan menumbuhkan buah-buahan dan tanaman. Kita jangan menyalahkan hujan, "Yah, hujan lagi," atau "Tiap hari hujan, sial!". Kita harus tahu diri bahwa di wilayah lain di muka bumi seperti Arab saudi dan negara timur tengah lainnya kadang-kadang setahun tidak hujan. Oleh karena itu, sekali lagi, kita harus mensyukurinya karena negara kita mendapatkan curah hujan tinggi setiap tahunnya.
Mungkin hanya itu yang dapat penulis sampaikan, kita sebagai warga negara Indonesia mengharapkan bangsa kita aman, sehat, rapi, dan Indah. Mari kita wujudkan sungai Ciliwung sebagai sungai terbersih di Indonesia dan dI dunia seperti pernah diraih pada masa pendudukan kolonial Belanda. 2010 Ciliwung bersih, Jakarta bersih, Indonesia bersih. Ciliwung Impianku. Semoga tak sekedar harap. Amin

0 komentar:

Posting Komentar